XPDC Borneo 18-24 Agustus (Day 5)

22 Agustus : Brunei Darussalam – Sarawak (Miri, Bintulu, Sibu, Sarikei)

Setelah sebelumnya memesan jasa Travel untuk mengantar kami ke Stasiun Miri, maka pagi hari ini kami pun bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke Kuching, Sarawak. Sebenarnya perjalanan dari Brunei ke Kuching bisa saja menggunakan pesawat, tapi karena ingin tau rute Trans – Borneo melalui jalan darat maka kami menggunakan bus dengan jarak tempuh sekitar 14 jam. Pukul 5 pagi WIB travel pun menjemput kami dari kediaman DR. Gamal, kami pun pamit kepada keluarga Dr. Gamal yang sudah memfasilitasi perjalanan kami selama di Brunei, terima kasih DR. Gamal untuk jamuannya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan anda.

Hari Terakhir di Brunei dan Pamit dengan Keluarga DR. Gamal

Perjalanan dari Brunei – Miri memakan waktu sekitar 4 jam, setelah melewati Kantor Imigrasi Sungai Tujuh, Malaysia sampailah kami di Miri. Kemudian kami memesan tiket bus Miri – Kuching untuk keberangkatan pukul 14.00 Waktu Malaysia, karena masih ada sekitar 4 jam sebelum bus berangkat kami pun jalan – jalan ke pusat perbelanjaan Miri di Jalan Oleander tepatnya. Sekilas kalau kita melihat kondisi daerah Miri belum terlalu maju perkembangannya masih banyak juga pedagang kaki lima, kondisi Terminal Bus yang masih jelek dan belum banyak terdapat outlet terkenal di shoping centre nya.

Stasiun Bus Di Jalan Oleander

Tapi yang paling di sayangkan adalah belum adanya tempat ibadah buat kaum muslim di pusat – pusat perbelanjaan Miri, sehingga apabila para pelancong muslim hendak beribadah pasti akan sangat kesulitan sekali Masjid atau Mushola. Sungguh jauh berbeda sekali kondisinya dengan Brunei Darusslam. Untuk urusan makanan halal juga menjadi perhatian di daerah Miri ini karena kita harus berkeliling jauh untuk bisa menemukan pedagang muslim yang berjualan makanan halal. Setelah puas berkeliling kita pun kembali ke Stasiun Miri waktu menunjukkan pukul 13.00 waktu Malaysia dan karena kita belum sholat Zuhur kita pun mencari Mushola terdekat, di Stasiun Miri sendiri tidak menyediakan Mushola, tetapi ada sebuah sekolah dekat dari Stasiun yang menyediakan Mushola kita pun menuju sekolah tersebut, karena hari libur maka tidak ada yang bisa membukakan pagar sekolah sehingga kita tidak bisa masuk untuk sholat disitu. Dengan sangat terpaksa kita sholat di tempat tunggu keberangkatan bus setelah sebelumnya mengambil wudhu di toilet Stasiun Miri yang tidak menyediakan tempat wudhu dan membayar 80 sen.

Sholat di Terminal Bus Miri

Akhirnya pukul 14.00 kita pun berangkat, persinggahan pertama setelah melewati Miri adalah Rumah Makan Batu Niah disini kita hanya singgah sekitar 5 menit, kalau melihat kondisi daerah di Batu Niah dari Rumah Makan nya sudah di sediakan Mushola untuk urusan makanan halal masih mudah di temukan.

Batu Niah Food Court

Kemudian kita melanjutkan perjalanan dan singgah lagi di Bintulu pada pukul 17.00, di Bintulu perkembangan daerah nya cukup maju tetapi untuk urusan Mushola dan makanan halal tidak jauh berbeda dengan Miri, sulit untuk ditemukan. Pukul 18.00 perjalanan di lanjutkan menuju Sibu. Di dalam perjalanan menuju Sibu kami berbuka puasa di dalam bus. Pukul 20.30 kami sampai di Teminal Bus Sibu, dari kabar yang di dengar bahwa Sibu adalah daerah rendah yang sering jadi langganan banjir, supir bus kami pun berkoordinasi dengan supir bus yang sebelumnya telah melewati rute yang di anggap aman dilewati dengan harapan tidak terjebak banjir nantinya.

Terminal Bus Sibu

Dan benar saja sekitar 20 menit setelah berangkat dari Terminal Sibu sudah terlihat banjir dimana – mana, sesuai anjuran supir bus kami pun melewati rute yang di anggap lebih aman. Rute yang di anggap aman ini pun sebenarnya tergenang air sekitar setengah meter sehingga membuat orang was – was melewatinya, berkat pengalaman dan kesabaran supir bus dengan perlahan bus melewati genangan air banjir tersebut, dan setelah sekitar 20 menit berjalan Alhamdulillah akhirnya daerah banjir pun terlewati.

Rute yang di Lewati
Tampak Jalan yang Terendam Air

Pak supir pun memberhentikan bus untuk mengecek kondisi mesin sehabis melewati banjir, setelah dirasa aman perjalanan di lanjutkan lagi menuju Sarikei, sampai di Rumah Makan Sarikei kami mencoba mencari penjual makanan halal, ternyata di rumah makan ini hanya terdapat satu penjual makanan saja (non muslim), di depan rumah makannya ada seekor anjing yang di ikat dan membuat kami mengurungkan niat untuk membeli makanan disitu karena bau air liur anjing tersebut membuat selera makan hilang. Kami pun menunggu penumpang lain selesai makan di dalam bus. Setelah itu perjalanan di lanjutkan lagi menuju Kuching, kami pun beristirahat dan menunggu bus sampai di kuching dini hari esok.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s